Gunung Padang: Rekonsiliasi Sains Ungkap Fakta Baru Situs Megalitik Terbesar

Avatar photo
banner 120x600
banner 468x60

Jawa Barat,

“Sains seharusnya menjadi penerang, bukan pemecah belah. Gunung Padang mengajarkan kita bahwa perbedaan pandangan dapat diselesaikan melalui penelitian, bukan penolakan.”

Gaperta.online-Dok

Penelitian Gunung Padang merupakan riset komprehensif yang dilakukan di Indonesia selama tiga tahun (2011–2014). Tim peneliti lintas disiplin menggunakan metode ilmiah dan teknologi mutakhir: pemetaan topografi berbasis drone dan satelit menggunakan Interferometric Synthetic Aperture Radar (IFSAR) – contohnya, data IFSAR digunakan untuk membuat model 3D presisi tinggi dari situs, memungkinkan identifikasi anomali permukaan yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Selain itu, dilakukan penggalian parit geoarkeologi, pengeboran inti (coring) untuk analisis stratigrafi – misalnya, inti tanah digunakan untuk menentukan lapisan tanah dan usia relatif artefak yang ditemukan. Analisis radiokarbon (Carbon-14 dating) digunakan untuk menentukan usia material organik, seperti arang atau sisa tumbuhan, yang ditemukan di situs. Analisis metalurgi digunakan untuk mengidentifikasi komposisi logam artefak. Prospeksi geofisika canggih seperti tomografi resistivitas listrik (ERT), Ground Penetrating Radar (GPR) – yang memetakan struktur bawah permukaan berdasarkan perbedaan konduktivitas listrik – dan tomografi seismik juga diterapkan.

Gaperta.online-Dok

Teknologi yang tersedia pada tahun 2014 dimanfaatkan untuk mencari fakta-fakta. Hasilnya signifikan. Tim menemukan lapisan struktur menyerupai bangunan tertutup tanah. Eskavasi 2014 bersama TNI mengidentifikasi lantai, pintu, dan artefak yang diyakini sebagai bagian konstruksi bawah permukaan Gunung Padang. Bukti ilmiah ini kuat, tetapi pengupasan tanah dan pemugaran diperlukan untuk meyakinkan publik.

Perdebatan muncul karena perbedaan metodologi. Arkeolog umumnya bekerja di permukaan situs, sementara penelitian Gunung Padang mengungkap bukti di bawah permukaan. Penelitian ini diakui dunia sebagai riset lengkap, melibatkan profesor dan doktor dari berbagai disiplin ilmu, serta menggunakan teknologi yang jarang diterapkan secara terpadu di situs arkeologi.

Setelah terhenti hampir sepuluh tahun, riset Gunung Padang dilanjutkan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Arkeolog yang sebelumnya kritis dilibatkan dalam penelitian lanjutan dan pemugaran. Langkah rekonsiliatif ini penting agar perbedaan pendapat diuji melalui penelitian bersama. Dalam dunia akademik, penolakan harus dibuktikan lewat riset.

Dalam acara pembukaan Pameran Lukisan SBY Art Community hari ini (Sabtu, 6 September 2025), saya berdiskusi dengan Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan tentang kelanjutan riset Gunung Padang. Saya mendukung langkah rekonsiliatif ini. Semua pihak harus bekerja sama demi kebenaran ilmiah. Misi intelektual adalah menemukan solusi di tengah perbedaan.

Riset Gunung Padang bukan hanya tentang situs megalitik terbesar di Asia Tenggara atau piramida terbesar dan tertua di dunia, tetapi juga tentang kemampuan Indonesia melakukan penelitian berkelas dunia. Kita telah membuktikan bahwa sains bisa memimpin jalan, dan sekarang saatnya memastikan hasilnya memberi manfaat besar bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

“Gunung Padang adalah warisan peradaban. Mari kita rawat dengan ilmu, kita jaga dengan kebersamaan.” 

Sumber : Inisiator tim terpadu riset mandiri Gunung Padang 2011

banner 325x300
error: Content is protected !!