BUMN sakit? Jangan khawatir, Danantara datang membawa obat mujarab! PT Danantara Asset Management (DAM) bergerak cepat membenahi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kinerjanya kurang optimal.
Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk merampingkan jumlah BUMN.
Managing Director Stakeholders Management Danantara Indonesia, Rohan Hafas, menjelaskan bahwa saat ini terdapat 1.063 perusahaan BUMN, termasuk anak dan cucu perusahaan.
“Jumlah ini akan terus dievaluasi dan disusutkan secara bertahap. Dari total tersebut, diperkirakan hanya 400 hingga 600 perusahaan yang merupakan bisnis inti (core).
Sisanya adalah anak, cucu, bahkan cicit perusahaan,” ujarnya saat Coffee Morning bersama media, Sabtu (1/11).
Sejak dibentuk pada Februari 2025, Danantara telah memfokuskan diri pada perbaikan laporan keuangan dan manajemen bisnis 43 BUMN.
Beberapa perusahaan yang menjadi prioritas adalah PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
“DAM bekerja sangat cepat dalam memperbaiki 43 BUMN. Tujuannya adalah meningkatkan daya saing, memperbaiki manajerial, sehingga perusahaan-perusahaan ini dapat beroperasi secara optimal dan menghasilkan keuntungan,” jelas Rohan.
Secara khusus, Rohan menyoroti upaya Danantara dalam menahan laju kerugian Semen Indonesia.
Meskipun laba bersih perusahaan turun 92 persen pada semester I 2025 menjadi Rp 39,97 miliar, Danantara berupaya membalikkan tren negatif ini.
“Dengan perubahan model bisnis yang sederhana namun efektif, Semen Indonesia kini menunjukkan peningkatan keuntungan yang signifikan,” ungkapnya.
Terkait Krakatau Steel, Danantara akan mengevaluasi dan memangkas rencana bisnis yang menjadi beban perusahaan, termasuk investasi pabrik blast furnace yang mangkrak dan menimbulkan kontroversi.
“Krakatau Steel akan segera menyelesaikan masalah blast furnace yang tidak pernah menguntungkan dan tidak efisien. Investasi ini menjadi salah satu sumber utama persoalan perusahaan,” tegas Rohan.
Padahal, Krakatau Steel memiliki potensi besar sebagai salah satu perusahaan baja terbesar dan terlengkap di dunia, dengan fasilitas lengkap mulai dari pelabuhan, pembangkit listrik, hingga pengolahan air.
“Untuk menutupi biaya operasional, aset-aset perusahaan mulai dijual, termasuk fasilitas pengolahan air dan pelabuhan. Padahal, pelabuhan dengan kedalaman terbaik di Indonesia adalah aset utama yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain,” jelas Rohan.
Selain itu, perbaikan bisnis BUMN juga mencakup konsolidasi lini bisnis perhotelan di bawah InJourney dan pengelolaan bisnis rumah sakit di bawah Holding Rumah Sakit BUMN, Indonesia Healthcare Corporation (IHC).