Jeritan Sumatera: Tanggung Jawab Siapa di Balik Bencana Banjir Bandang?

banner 120x600
banner 468x60

Jakarta,

Dr. Bernard BBBBI Siagian, S.H., M.Akp., Ketua DPP GAKORPAN, bersama Dr. Agip Supendi, S.H., M.H., Dr. Kristianto Manullang, S.H., M.H., Dr. Rusman Pinem, S.H., S.Sos, Dr. Moses Waimuri, S.H., M.Th., praktisi hukum GAKORPAN-PPWI, Bunda Tiur Simamora, Bunda Roslenny News, dan Falam Tajuk Forum Diskusi Kebangsaan, Bela Negara, Pancasila, UUD 1945, menyikapi bedah kasus krusial terkait bencana nasional banjir bandang.

Banjir bandang yang membawa gulungan air bah dan menghanyutkan kayu-kayu gelondongan menimbulkan keprihatinan mendalam. Situasi ini bagaikan buah simalakama akibat ulah sindikat mafia penggundulan hutan oleh HPH yang tidak bertanggung jawab. 

Mereka hanya mencari keuntungan egosentris untuk kekayaan pribadi dan kelompok, mengorbankan banyak saudara yang meninggal hanyut terendam air bah.

Para korban membutuhkan bantuan uluran tangan dari kepemimpinan Presiden H. Prabowo Subianto dan Wakil Presiden H. Gibran Raka Buming Raka, serta Kabinet Merah Putih/Pemerintahan Pusat. 

Bencana ini telah memporak-porandakan kampung halaman Bunda Tiur di Sibolga Nauli, Rusman Pinem di Aceh dan Sumatera Barat, Januar di Nias Gunung Sitoli, Kristianto Manullang di Sumatera Utara, dan sekitarnya.

Siapa yang harus bertanggung jawab atas banyaknya korban manusia, hewan, dan harta benda? Apakah ini azab Allah Ta’ala akibat keserakahan umat manusia di Pulau Sumatera? Diskusi tokoh-tokoh nasional ini diselenggarakan pada hari Minggu, 30 November 2025.

Dr. Bernard BBBBI Siagian, S.H., M.Akp. dari DPP GAKORPAN, PPWI, GWI, dan DPP Sarjana Pancasila Gazzpoll merefleksikan diri untuk mengupas tuntas, mengusut, membongkar, dan mengadili kasus-kasus krusial terkait maraknya bencana alam sesuai UU Pers No. 40 Tahun 1999 tentang Kontrol Sosial Masyarakat dan UU KIP No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Informasi terkait kasus dan gejolak bencana diperoleh dari BMKG.

“Kami mencoba merefleksikan dan introspeksi diri tentang arah bangsa dan negeri yang indah ini. Jika kasus illegal logging, pembalakan liar, dan HPH ilegal terus terjadi, air bah akan terus menghanyutkan kayu gelondongan. Ini tidak bisa ditutupi, karena alam Nusantara yang sangat marah akibat eksploitasi sumber daya alam secara serakah, mengatasnamakan proyek pembangunan nasional, namun mengorbankan rakyat kecil, sengsara, dan harta benda. Bahkan, hancurnya seluruh infrastruktur dan nyawa saudara kita menjadi taruhannya akibat proyek yang diasumsikan sarat KKN di Pulau Sumatera (korupsi, kolusi, dan nepotisme),” ujarnya.

Tajuk forum ini mengetuk empati, rasa kepedulian, dan cinta kasih sebagai modal hidup bermakna bagi sesama umat manusia, hamba Allah SWT.

Sebagai makhluk sosial, kita ditakdirkan untuk hidup bersama dan membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup serta pembangunan nasional. NKRI harga mati. Namun, hidup berdampingan dengan orang lain tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, apalagi dengan proyek pembangunan yang seenaknya sendiri. 

Kita harus menjadi orang bijaksana, pemimpin yang amanah, sesuai dengan cita-cita The Founding Fathers Bung Karno dan Bung Hatta. Negeri Republik Indonesia yang dibangun dengan perjuangan, darah, dan air mata pejuang ’45 sangat bermanfaat untuk kita lanjutkan dengan mengedepankan empati dan keselamatan orang lain.

Kepedulian akan sesama menjadi sikap yang harus terus dipertahankan dalam arus globalisasi dunia yang semakin mengutamakan ego sentral, egois, congkak, tamak, dan serakah. 

Mafia tanah dan oligarki yang berkolusi dengan para pejabat kotor untuk merampok SDA membuat alam raya murka. Para pejuang ’45 yang telah gugur pun marah melihat kemunafikan “OKNUM PERUSAK NEGERI,” sehingga Allah SWT memberikan azab peringatan bagi bangsa kita untuk mengkaji diri, introspeksi, serta meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial dan integritas terkait antisipasi bersama polemik nubuat bencana nasional semacam “TEGURAN AZAB ALLAH” akibat ego kepentingan sendiri.

Sesekali, lihatlah sekeliling kita. Perhatikan mereka dan ulurkan tangan kepada yang membutuhkan pertolongan di Aceh, Sibolga, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nias, dan sekitarnya, baik dalam bentuk materi maupun non-materi, serta doa dan ma’rifat nasional.

Memiliki sense of belonging, rasa kepedulian, dan cinta kasih akan membuat hidup lebih bermakna dengan menciptakan simbiosis mutualisme serta hubungan yang harmonis, membantu sesama, dan berkontribusi maksimal pada masyarakat yang lebih baik, terutama bagi mereka yang mengalami bencana. 

Mari rapatkan barisan rasa persaudaraan nasional antara kelompok kaya dan miskin. “SALAM ASTA CITA Menuju Indonesia Emas 2045, Macan Asia. Merdeka!!” (Redaksi: Dr. Bernard, Tim Investigasi DPP GAKORPAN @PPWI).

Craig D. Lounsbrough pernah menyatakan bahwa: “Mengapa saya harus peduli ketika tidak ada orang lain yang peduli? Karena waktu paling kritis untuk peduli adalah ketika tidak ada orang lain yang melakukannya.”

Banyak di antara kita yang mungkin berpikir bahwa Christopher Columbus memiliki segalanya, tetapi sebenarnya ia tidak memiliki apa-apa. 

Ia bahkan harus meminta roti untuk anaknya yang lapar dan ia mati dalam kekurangan. Namun, ia memberikan kepada dunia sesuatu yang lebih berharga daripada emas, yaitu benua Amerika.

Kisah Columbus di atas menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak memiliki apa-apa, tetapi tetap bisa memberikan sesuatu yang berguna, yang hasilnya bisa dinikmati banyak orang. 

Ketidakmampuan dan keadaan ekonomi yang lemah bukanlah alasan untuk tidak berbuat apa-apa dan tidak memberi.

Apapun keadaan ekonomi kita, kita harus belajar untuk bisa memberi dan mengerjakan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Memberi bukan hanya kewajiban orang kaya atau mereka yang mempunyai karunia memberi, tetapi kita semua harus belajar memberi. 

Memberi waktu untuk orang-orang yang kita kasihi, memberi senyuman untuk orang-orang yang kita temui, memberi pengampunan untuk orang-orang yang menyakiti kita, memberi makanan untuk mereka yang kelaparan, dan memberi hati kita untuk Allah.

Jadi, hendaknya kita tidak punya alasan lagi untuk tidak bisa memberi, karena Allah sudah mengaruniakan tubuh kita yang memiliki kemampuan untuk memberi berkah pada sesama.

Semoga kita mau berbagi cinta kasih dan kepedulian terhadap orang lain, serta bisa berbelas kasih terhadap mereka yang menderita.

Narasumber: Dr. Bernard Siagian, S.H

banner 325x300
error: Content is protected !!