“Bona Pasogit Berteriak: Gereja, Masyarakat Adat, dan Aktivis Bersatu Desak Tutup PT TPL!”

Avatar photo
banner 120x600
banner 468x60

Laguboti (Sumut), Gaperta.online
Selasa, 15 Juli 2025

Suara perlawanan bergema di Hotel Serenauli, Laguboti, ketika lebih dari 150 tokoh—mulai dari pimpinan gereja, aktivis lingkungan, akademisi, petani, hingga Masyarakat Adat—bersatu menuntut penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL). Acara peluncuran buku “Jeritan Bona Pasogit” yang difasilitasi PGI dan UEM ini bukan sekadar diskusi, melainkan ledakan kemarahan rakyat yang terlalu lama dibungkam.

Gaperta.Online-Dok
Gaperta.Online-Dok
Gaperta.Online-Dok
Gaperta.Online-Dok
Gaperta.Online-Dok
Gaperta.Online-Dok
Gaperta.Online-Dok

“Ini bukan hanya krisis ekologi, ini krisis kemanusiaan!” tegas Alfian dari PGI. “Gereja tidak boleh diam ketika tanah dan air—sumber kehidupan—dihisap korporasi!”

Gaperta.Online-Dok

Buku tersebut mengungkap dampak mengerikan ekspansi PT TPL : hutan habis, sumber air tercemar, petani merana, dan stunting melonjak. Robinsar Siregar, salah satu peneliti, menyebut, “Ini baru puncak gunung Es. Perlawanan perempuan dan Masyarakat Adat harus didengar!”

Gaperta.Online-Dok

Arie Rompas (Greenpeace) membongkar jaringan bisnis PT TPL yang “bermain bayangan” di bawah kelompok Royal Golden Eagle (RGE) milik Sukanto Tanoto. “Mereka eksploitasi Tano Batak, lalu lari dari tanggung jawab!”

Pdt. Firman Sibarani berapi-api: “Tanah ini warisan leluhur, bukan ATM korporasi! Jika ingin damai, TPL harus ditutup!”

Data terbaru mengonfirmasi hanya 12% hutan tersisa di Danau Toba. Nelayan kehilangan ikan, petani gagal panen, dan air danau tercemar berat. “Kami sudah terlalu lama menderita!” seru seorang ibu dari komunitas terdampak.

Di penghujung acara, Pastor Walden Sitanggang membacakan Pernyataan Sikap Gereja Se-Sumut yang menuntut :
1. Presiden Prabowo segera tutup PT TPL!
2. Buruh harus dapat haknya sebelum perusahaan gulung tikar.
3. Gubernur Sumut dan kepala daerah harus berdiri di pihak rakyat!

“Ini perang suci!”** serunya. “Merusak alam berarti menghina Pencipta!”

Gerakan ini baru awal. Rakyat Tano Batak sudah bangkit—dan mereka tidak akan berhenti.

banner 325x300
Penulis: Dicky (Pemred)Editor: Teresya Sihombing
error: Content is protected !!