JAKARTA,
Poster bergambar “STOP KEKERASAN TERHADAP JURNALIS” yang tersebar di media sosial bukan sekadar seruan. Ini adalah alarm darurat bagi kebebasan pers di Indonesia. Kekerasan terhadap jurnalis terus meningkat, dan jika dibiarkan, demokrasi kita yang akan menjadi korban berikutnya.
Fakta yang Menyedihkan
1. Lonjakan Kekerasan: AJI mencatat 30% peningkatan kasus kekerasan terhadap jurnalis dalam setahun terakhir, mencakup:
– Serangan fisik oleh massa atau oknum tak dikenal.
– Intimidasi digital, termasuk doxing dan ancaman via media sosial.
– Pembredelan melalui tekanan hukum yang tidak adil.
2. Modus Semakin Brutal:
– Jurnalis investigatif sering menjadi sasaran, terutama saat meliput kasus korupsi, HAM, atau lingkungan.
– Ada pola terstruktur dalam serangan, menunjukkan upaya sistematis untuk membungkam kritik.
3. Dampak yang Mengkhawatirkan:
– Self-censorship: Banyak jurnalis mulai menghindari peliputan sensitif karena takut ancaman.
– Masyarakat Gelap Informasi: Jika pers takut, publik kehilangan akses pada fakta.
Suara yang Tak Boleh Diabaikan
– AJI: “Ini bukan sekadar kasus isolasi, tapi krisis sistemik. Negara harus hadir melindungi, bukan abai.”
– Jurnalis Korban: “Kami hanya menjalankan tugas, tapi ancaman datang dari mana-mana—bahkan dari pihak yang seharusnya melindungi.”
– Pemerintah: Meski mengklaim sedang memperbaiki perlindungan jurnalis, langkah nyata seperti revisi UU Pers atau penghukuman pelaku masih lamban.
Apa yang Harus Dilakukan?
1. Hukum yang Tegas:
– Proses hukum harus transparan dan cepat. Pelaku, baik perorangan maupun kelompok, harus ditindak tanpa tebang pilih.
2. Perlindungan Proaktif:
– Polisi dan pemerintah perlu membuat sistem pengaduan khusus untuk jurnalis yang terancam.
– Perlindungan saksi dan jaminan keamanan saat peliputan berisiko tinggi.
3. Gerakan Publik:
– Masyarakat harus sadar: Menyerang jurnalis = Menyerang hak publik atas kebenaran.
– Media dan aktivis perlu bersatu dalam kampanye #JagaJurnalis.
Kekerasan terhadap jurnalis bukan hanya masalah profesi—ini adalah ujian bagi demokrasi Indonesia. Jika kebebasan pers runtuh, yang berikutnya adalah kebebasan kita semua.
Narahubung :
– Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
– Koalisi Untuk Kebebasan Pers
– Tempo