Tangerang Selatan,
Di usia ke-80 Kemerdekaan RI, Bunda Tiur Simamora—jurnalis senior, aktivis Papua, dan pejuang hak rakyat kecil—menyuarakan keprihatinan mendalam atas carut-marut bangsa: korupsi berjamaah, mafia tanah, hingga ketidakadilan hukum. Dalam pidato haru di Karnaval Kayu Putih (18/8/2025), ia mengajak seluruh elemen bangsa merapatkan barisan, mengibarkan semangat ‘Merah Putih’ sebagai simbol perlawanan terhadap dekadensi moral dan penjajahan ekonomi oleh oligarki.”
Isu Krusial
1. Keadilan Agraria:
– Tragedi penggusuran paksa warga Sampali (Sumut) oleh pengembang properti mewah.
– Sengketa tanah ahli waris Wahyudin (NTB) yang dirampas untuk hutan lindung.
– Kasus kekerasan TNI AD terhadap keluarga Ibu Rodiah (89 tahun) di Bogor.
2. Mafia Hukum & Narkoba:
– Penyalahgunaan narkoba di kalangan Gen Z (Tapanuli Tengah) dan sindikat solar ilegal di Pelabuhan Sibolga.
– Kritik terhadap aparat yang “hanya membela yang bayar”.
3. Doa untuk Pemimpin:
– Permohonan dukungan untuk Presiden Prabowo dalam menuntaskan ketimpangan ekonomi (195 juta rakyat miskin) dan reformasi hukum.
“Rapatkan barisan, angkat tongkat bambu runcing melawan koruptor laknat! Merah darahku, putih tulangku—NKRI harga mati!”
— Bunda Tiur Simamora, sambil mencium bendera dengan linangan air mata.
“Di tengah usia senja bangsa, semangat ‘Jas Merah’ harus terus dikobarkan: tolak intervensi asing, gotong royong wujudkan Indonesia Emas 2045.”