Di balik senyum polos dan semangat membara, tersimpan kisah pilu siswa-siswa di Desa Bobo, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Setiap hari, mereka mempertaruhkan nyawa menyeberangi derasnya arus sungai demi meraih secercah ilmu. Kamis (23/10), menjadi saksi bisu perjuangan mereka.
Kaki-kaki kecil itu gemetar menahan dingin, tubuh mungil mereka berpegangan erat saat digendong oleh orang tua dan warga.
Seragam merah putih yang lusuh menjadi saksi bisu perjalanan berbahaya ini.
Di mata mereka, terpancar mimpi-mimpi besar yang ingin diraih, namun harus diperjuangkan dengan taruhan nyawa.
Ketiadaan jembatan memaksa para siswa melakukan aksi nekat ini setiap pagi dan sore. Semangat belajar mereka tak pernah padam, meski maut mengintai di setiap penyeberangan.
Ernal Tamadarage, seorang guru, mengungkapkan bahwa ada dua sungai yang harus diseberangi setiap hari. Ketika air meluap, mereka terpaksa menunggu hingga kondisi aman untuk dilintasi.
“Setiap hari kami guru selalu mengantar anak-anak menyeberangi sungai,” ujarnya. Ernal menambahkan, terdapat delapan sekolah di Desa Bobo, meliputi SD, PAUD, SMP, dan SMK. Ia berharap pemerintah segera membangun jembatan agar siswa dan guru dapat pergi ke sekolah dengan aman.
Perjuangan siswa-siswa ini adalah bukti nyata semangat menuntut ilmu di tengah keterbatasan. Mereka sangat berharap pemerintah daerah segera bertindak untuk membangun jembatan yang aman, agar tak ada lagi nyawa yang dipertaruhkan demi pendidikan.