Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti masalah krusial di sektor energi Indonesia, yaitu ketergantungan impor produk minyak dari negara lain, terutama Singapura.
Ia menyoroti bahwa Indonesia belum membangun kilang minyak baru sejak Kilang Balongan pada tahun 1988.”Sudah puluhan tahun kita mengalami masalah ini.
Pernahkah kita membangun kilang baru? Sejak krisis hingga kini, tidak pernah,” kata Purbaya dalam rapat dengan Komisi XI DPR, Selasa (30/9).Purbaya juga menyinggung janji Pertamina sejak 2018 untuk membangun tujuh kilang baru yang hingga kini belum terealisasi.
Kondisi ini menyebabkan kerugian besar karena Indonesia harus terus mengimpor produk minyak jadi.
“Dulu mereka berjanji dalam lima tahun akan membangun tujuh kilang. Sampai sekarang tidak ada satu pun. Jadi kita rugi besar karena kita impor dari Singapura,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya pengawasan parlemen terhadap Pertamina agar proyek-proyek strategis dapat berjalan. Pemerintah siap memangkas anggaran atau mengganti pimpinan perusahaan jika tidak ada progres.
“Kalau tidak jalan, kita potong uangnya. Saya kan pengawas, saya ganti saja dirutnya. Jadi tolong DPR juga kontrol,” kata Purbaya.
Purbaya juga mengungkapkan bahwa ia pernah menawarkan solusi alternatif dengan melibatkan investor asing, namun ditolak dengan alasan kelebihan kapasitas.
“Waktu itu saya kaget. Overcapacity apa? Janji tujuh kilang saja tidak ada yang jadi,” ujarnya.
Menurut Purbaya, kelemahan di sektor hilir energi ini membuat subsidi semakin berat ditanggung negara. Pembangunan kilang baru akan membuat Indonesia lebih mandiri dan subsidi bisa lebih tepat sasaran.
“Tujuan kita sama, mengurangi subsidi dan membuat subsidi yang ada pun lebih murah,” pungkasnya.