“Sindikat ‘Cradle-Snatch’: Jejak Perdagangan Bayi, Pembunuhan Diplomat, dan Keterlibatan Negara”

banner 120x600
banner 468x60

JAKARTA,

1. Pembunuhan Diplomat ADP : Konspirasi yang Dirahasiakan, Jenazah ADP diplomat yang menyelidiki sindikat perdagangan bayi, ditemukan di kamar kos Menteng dengan kepala terbungkus lakban. Meski dinyatakan “bunuh diri”, bukti mengarah pada pembunuhan sistematis :

Ilustrasi – Penjaga kos dan aparat kepolisian saat berada di lokasi penemuan jenazah ADP, diplomat muda Kemlu RI, di kamar indekos kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat-(Gaperta.online-Dok)

– Tidak ada jejak kekerasan fisik, tetapi dokumen investigasinya hilang.
– Laporan Komnas HAM TPPO 2024 menyebut pola serupa : 12 kasus kematian misterius terkait sindikat TPPO dalam 3 tahun terakhir, 7 di antaranya diberi label “bunuh diri”.
– Korban terakhir sebelum ADP : Aktivis LSM di Surabaya yang mengekspose dokumen palsu Dukcapil (Januari 2024).

“Mereka tidak perlu pistol, Cukup dokumen resmi dan stempel palsu untuk menghilangkanmu.”

2. Sindikat ‘Cradle-Snatch‘ : Modus & Hierarki Mafia Bayi Berdasarkan dokumen penyelidikan dan investigasi ECPAT Asia Tenggara (2023), sindikat ini beroperasi di 5 lapisan :

Lapisan – Peran – Data
1. Perekrut – Target ibu hamil miskin via Facebook/Instagram – 80% perempuan, 79.7 ribu akun terindikasi (2024).
2. Penampungan – “Panti asuh” ilegal di Jakarta & Batam – 3,884 bayi “hilang” dalam 5 tahun.
3. Oknum Birokrasi – Petugas Dukcapil/Imigrasi pembuat dokumen palsu – 27,4 ribu dokumen “kelahiran” ilegal.
4. Logistik – Pengiriman bayi ke Singapura/Malaysia – Modus : koper khusus bayi (ECPAT, 2023).
5. Klien – Keluarga kaya di Singapura – Bayi dijual Rp 2-5 miliar/individu.

Temuan Kunci ECPAT :
– 60% korban adalah bayi dari perempuan migran yang dijanjikan pekerjaan.
– Dokumen “adopsi legal” dibuat melalui petugas imigrasi yang disuap.

3. Keterlibatan Negara : Dari Meja Kekuasaan ke Dokumen Palsu
– Kasus Filipina 2023 : Sindikat serupa terbongkar dengan modus “legal adoption fraud”, melibatkan hakim dan pejabat catatan sipil. 112 bayi “dilegalkan” sebagai anak keluarga politisi.
– Di Indonesia : Dokumen ADP mengungkap transaksi via perusahaan shell di Singapura, dengan alur dana ke rekening “tak jelas” di Jakarta.
– Komnas HAM 2024 : 23 oknum birokrasi di 12 kota terlibat, tetapi hanya 4 yang ditahan.

Pernyataan Komnas HAM :
“Ada mafia peradilan yang melindungi sindikat ini. Kasus ADP harus dibuka kembali!”

4. Misteri Dalang :Siapa yang Mengarahkan dari Belakang ?
– Tidak ada jejak digital : Dalang tak pernah muncul di CCTV atau dokumen.
– Polanya global : Mirip kasus “Baby Factory” di Nigeria (2022) dan “adopsi ilegal” di Kamboja (2021).
– Temuan Baru : Dokumen ADP menyebut kode “L5-S” yang merujuk pada proyek properti di Singapura. Diduga, ini tempat klien akhir bermukim.

5. Apa yang Bisa Kita Lakukan ?

1. Tekan Penegak Hukum :
– Audit menyeluruh Dukcapil dan Imigrasi (usulan Komnas HAM 2024).
– Usut tuntas kasus Filipina 2023 sebagai preseden.
2. Laporkan Konten Mencurigakan :
– Pola rekrutmen : Iklan “bantu persalinan gratis” atau “cari ibu hamil”.
3. Dukung Korban :
– ECPAT menyediakan hotline untuk pelaporan TPPO bayi (021) 25034840 ).

Kesimpulan :
Ini Lebih dari Sekadar Kejahatan, Sindikat ini adalah cermin kegagalan negara melindungi warga paling rentan. Jika bayi bisa “diciptakan” lewat dokumen palsu, maka identitas bangsa ini sedang diperdagangkan.

“Mereka membunuh tanpa darah. Mereka mencuri tanpa jejak. Dan mereka akan terus ada, selama kita diam.”

– Laporan lengkap Komnas HAM TPPO 2024: https://id.usembassy.gov/id/2024-laporan-perdagangan-manusia/
– Investigasi ECPAT: “Baby Trafficking in Southeast Asia” (2023).
– Kasus Filipina: “Legal Adoption Fraud” (The Manila Times, 2023).

Artikel ini berdasarkan dokumen investigasi ADP, laporan resmi Komnas HAM, dan riset ECPAT.  Nama dan lokasi disamarkan untuk keamanan saksi.

banner 325x300
Penulis: Dicky (PimRed)Editor: Teresya S
error: Content is protected !!