Di Pulau Rinca, tantangan ketersediaan air bersih menemukan jawaban inovatif melalui Sumur Kultur.
Inisiatif ini, yang menggabungkan nilai budaya lokal dengan pendekatan ekologis, memberikan harapan baru bagi masyarakat Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Program ini adalah hasil kolaborasi antara tim Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual dan Kelompok Keahlian Petrologi, Volkanologi, dan Geokimia dari ITB, dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB, sponsor dari Mind.ID, serta kerja sama dengan Wakaf Salman ITB.
Pulau Rinca, yang merupakan bagian dari kawasan strategis pariwisata nasional Labuan Bajo, menghadapi masalah klasik: keterbatasan akses air bersih. Masyarakat sangat bergantung pada sumur gali dangkal yang jumlahnya terbatas dan lokasinya berjauhan.
Gaperta.online-Dok
Di musim kemarau, mereka harus membeli air dari Labuan Bajo, sebuah solusi yang tidak efisien dan mahal. Sumur Kultur hadir sebagai jawaban yang lebih dari sekadar teknis, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan budaya.
Inisiatif ini berakar dari kesadaran bahwa air adalah bagian tak terpisahkan dari identitas dan tradisi masyarakat Rinca.
Tim ITB, dipimpin oleh Dr. Tri Sulistyaningtyas, M.Hum., melibatkan masyarakat dalam setiap tahap pembangunan sumur, mulai dari diskusi hingga penentuan lokasi, serta menggali kembali makna hubungan antara manusia dan alam.
Pulau Rinca, sebagai habitat asli Komodo, memiliki keunikan tersendiri yang perlu dilestarikan.
“Sumur Kultur bukan hanya solusi teknis, tetapi juga ajakan untuk menghidupkan kembali warisan budaya dalam pengelolaan sumber daya,” kata Dr. Tri Sulistyaningtyas, M.Hum.
Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat rasa memiliki masyarakat terhadap infrastruktur yang ada, sehingga keberlanjutan dan pemeliharaan dapat dijamin.
Pembangunan Sumur Kultur adalah bukti bahwa pengabdian masyarakat ITB melampaui teknologi modern.
Program ini menekankan penguatan nilai budaya dan kolaborasi lintas sektor. Keterlibatan Mind.ID dan Wakaf Salman menunjukkan bagaimana sinergi multilembaga dapat memberdayakan wilayah 3T secara efektif.
Warga Desa Pasir Panjang menyambut gembira inisiatif ini. Bagi mereka, sumur ini bukan hanya sumber air, tetapi juga ruang untuk belajar bersama tentang cara hidup yang lebih harmonis dengan alam.
Keberadaan sumur ini juga mendukung aktivitas pariwisata berbasis komunitas, mengingat banyak warga yang berprofesi sebagai pemandu wisata di Pulau Rinca.
Dengan Sumur Kultur, Desa Pasir Panjang kini memiliki infrastruktur air yang lebih berkelanjutan, sekaligus memperkuat ikatan antara masyarakat dan kearifan lokal.
Program ini adalah contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berkontribusi dalam menciptakan solusi berbasis budaya untuk tantangan lingkungan di Indonesia.