Thailand,
Thailand mengembalikan dua dari 20 tentara Kamboja yang ditahan, sebagai langkah diplomasi sebelum negosiasi gencatan senjata. Keputusan ini diharapkan meredakan ketegangan pasca-bentrokan militer terparah dalam satu dekade terakhir.
Bentrokan antara Thailand dan Kamboja memicu krisis kemanusiaan dengan korban jiwa mencapai 43 orang (30 di Thailand, 13 di Kamboja) serta lebih dari 300.000 pengungsi. Konflik ini melibatkan serangan udara, roket, dan artileri, menjadi eskalasi terburuk sejak 2015.
Gencatan senjata akhirnya tercapai setelah intervensi Presiden AS Donald Trump, yang mengancam membekukan negosiasi dagang jika konflik berlanjut. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim turut memediasi pertemuan darurat di Putrajaya, menghasilkan kesepakatan gencatan senjata tanpa syarat yang berlaku mulai 28 Juli 2025.
– Thailand mengembalikan dua tentara Kamboja yang terluka, sementara 18 lainnya masih ditahan.
– Kamboja menuduh tentaranya disiksa dan ditolak perawatan medis, namun Thailand membantah dan menegaskan penahanan sesuai hukum internasional.
– PBB diminta untuk melakukan investigasi independen.
Pertemuan menteri pertahanan kedua negara dijadwalkan pada 4 Agustus 2025 di Malaysia, dengan pengawasan AS, Tiongkok, dan Malaysia. Namun, skeptisisme tetap muncul akibat laporan pelanggaran gencatan senjata.
Meski pemulangan tentara menjadi sinyal de-eskalasi, perdamaian berkelanjutan bergantung pada:
1. Penyelesaian sengketa wilayah.
2. Perlindungan HAM bagi tahanan.
3. Komitmen kedua negara pada mediasi internasional.